KELUARGA
Alkitab berisikan banyak kisah tentang relasi-relasi dalam keluarga dan kekerabatan. Sejak awal, manusia sudah diciptakan dalam relasi pria-wanita untuk membentuk sebuah keluarga. Pembentukan umat pilihan Allah pun berawal dari panggilan Abraham dari tengah keluarganya. Kisah-kisah selanjutnya juga merupakan kisah-kisah keluarga (Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, dll). Ketika kemudian Israel menjadi bangsa/umat, tetap saja bahasa atau peristilahan dari dunia keluarga dan kekerabatan mendominasi. Relasi TUHAN dengan umat-Nya sering diungkapkan dalam simbol dan bahasa kekerabatan. Bahasa dari dunia keluarga dan kekerabatan ini tetap kuat dalam PB.
1. PERJANJIAN LAMA
Berikut ini akan ditampilkan beberapa konsep dan istilah yang dipakai dalam PL menyangkut keluarga dan kekerabatan. Setidaknya ada dua alasan mengapa studi kata atau konsep seperti ini tidak boleh dimutlakkan. Pertama, PL adalah kumpulan kitab yang terbentuk dalam rentang sejarah yang amat panjang. Dalam kurun waktu yang sedemikian lama, setiap konsep pasti mengalami perkembangan, pergeseran bahkan perubahan makna. Kedua, PL memiliki sangat banyak kosa menyangkut keluarga dan kekerabatan, sehingga beberapa konsep berikut ini tidak dapat sepenuhnya ‘mewakili’ seluruh pemahaman PL tentang pokok ini.
KELUARGA – KAUM – SUKU
Dari sejumlah istilah dalam PL yang berkaitan dengan relasi kekerabatan, ada tiga kata yang terpenting, yaitu mishpahah, shebet/matteh dan beth ‘ab. Kata Ibrani mishpahah menunjuk pada relasi kekerabatan yang terdiri dari beberapa keluarga yang dipersatukan oleh nenek-moyang dan warisan yang sama. Mereka biasanya hidup berdekatan dalam satu kampung dan bekerja-sama mengolah tanah-tanah warisan sekitar kampung itu sebagai penjamin hidup mereka bersama. Jadi, para anggota dalam mispahah dipersatukan baik secara genealogis maupun secara geografis. Padanan untuk kata ini dalam Alkitab (TB) adalah kata “kaum”. Kelompok yang lebih besar dari mishpahah adalah shebet atau matteh, yang biasanya diterjemahkan dengan “suku”. Sedangkan kelompok yang lebih kecil dari mishpahah adalah beth ‘ab (harfiah:“rumah bapa”) yang biasanya diterjemahkan dengan “keluarga”. Inilah tiga unit organisasi sosial yang didasarkan pada kekerabatan dalam PL (bdk.
Keluarga (beth ‘ab) adalah unit sosial yang paling kecil, tetapi juga paling penting. Dalam PL, keluarga selalu menunjuk pada “keluarga besar” bukan “keluarga inti” (dua generasi) seperti dalam masyarakat modern. Keluarga besar ini terdiri dari: bapa keluarga dan isterinya, semua anak yang belum bersuami, semua anak laki-laki beserta anak-isteri, semua cucu laki-laki beserta anak-isteri mereka. Termasuk dalam keluarga besar ini juga semua tempat tinggal, tanah, ternak dan para pekerja serta budak beserta keluarga mereka. Konon jumlah anggota keluarga seperti ini dapat mencapai 50 – 100 orang, yang tersebar dalam sejumlah rumah. Maka, dalam masyarakat Israel kuno, keluarga merupakan unit dasar bukan saja dalam struktur sosial tetapi juga dalam kehidupan ekonomi. Setiap keluarga mencukupi diri mereka sendiri secara ekonomis, dan semua anggota keluarga berperan untuk itu. Dalam keluarga ini pun dipelihara dan diwarisi khazanah iman, kenangan, hukum dan tradisi-tadisi bangsa. Oleh karena itu, keluarga juga memainkan peran amat dasariah bagi perkembangan dan pewarisan iman Israel.
Ada setidaknya 6 ciri utama keluarga dalam PL. Pertama, endogami artinya mengutamakan perkawinan antara anggota yang memiliki pertalian darah. Perkawinan dengan “orang luar” biasanya hanya dilakukan oleh para elit politik untuk meresmikan hubungan diplomatic (misalnya Salomo menikah dengan putrid Firaun). Kedua, patrilineal artinya keturunan dihitung mengikuti garis ayah, bukan ibu. Ketiga, patriarkhal artinya bapa-keluarga adalah sekaligus kepala-keluarga. Dialah ‘penguasa’ (Ibrani: Ba’al) yang memegang kekuasaan tertinggi dan pelindung keluarga tsbt. Keempat, patrilokal artinya pria membawa isterinya ke rumah keluarganya. Isteri harus mengikuti suaminya dan tinggal dengan keluarga-besar suaminya. Kelima, gabungan artinya sebuah keluarga selalu berarti “keluarga besar”, yang terdiri dari dua atau tiga generasi, bahkan lebih. Keenam, poligyni artinya seorang suami dapat mempunyai beberapa isteri. Meskipun ideal monogami ditekankan, namun polygini tetap dimungkinkan terutama di kalangan atas.
Masyarakat Israel kuno tidak mengenal identitas individual seperti yang begitu diagungkan pada zaman modern. Mereka tidak melihat diri mereka sebagai individu-individu yang otonom dan independen. Setiap orang adalah bagian erat dari satu keluarga. Jadi, keluarga adalah tempat setiap orang mendapat identitas dan keamanan, sekaligus tempat setiap orang memberikan tanggung-jawabnya. Tidak mengherankan bahwa sebagai sebuah bangsa, Israel sering disebut “keluarga Israel” atau juga “keluarga-Ku/TUHAN” (
ANGGOTA KELUARGA
Karena identitas kolektif (keluarga) itu penting, maka identitas setiap orang diperlihatkan dari hubungannya dengan orang lain dalam keluarga: bapa dari seseorang, anak dari seseorang, saudara-saudari, dll. Kosa kata Ibrani yang berkaitan dengan anggota-anggota dalam satu keluarga sering memiliki makna simbolis. Kata ‘ab umumnya memang mengacu pada seorang bapak-keluarga yang merupakan kepala-keluarga tsbt. Karena itu, sebuah keluarga dalam bahasa Ibrani disebut bet ‘ab (rumah bapa). Akan tetapi, ‘ab juga dapat menunjuk pada makna-makna yang lebih luas, seperti “kakek” (
Kata “bapa” juga memiliki arti metaforis. Seorang yang berwibawa atau pelindung biasanya juga disebut “bapa”. Misalnya, Yusuf disebut “bapa bagi Firaun” (
Kata “ibu” (Ibrani: ’em) muncul lebih sedikit. Empat kali (
Kata “putera” (Ibrani: ben) juga dominan dalam kisah-kisah PL. Artinya yang pokok tentu saja: anak laki-laki dari seorang bapak atau ibu. Tetapi kata ini dapat juga berarti “cucu” (
Kata “putera (putera) Allah” dan “putera manusia” amat penting secara teologis. Frasa “putera manusia” (ben/bene ’adam atau ben ’ish atau ben ’enosh) umumnya berarti “manusia” sebagai makhluk, baik dalam kodratnya sebagai makhluk yang berdosa (
Kata “puteri” muncul lebih sedikit. Arti harfiahnya tentu: anak perempuan dari seorang ibu atau ayah. Sesekali kata ini dipakai untuk menunjuk pada kaum perempuan dari satu suku-bangsa atau kota (Yes 6:2 “puteri-puteri Moab”). Kata ini juga sering dikaitkan dengan nama kota atau negeri sebagai personifikasi kota/negeri tsbt atau penduduknya (
Kata Ibrani untuk “anak-anak” adalah yeled (feminin: yalda) atau na’ar. Dua kata ini dipakai untuk menunjuk pada anak-anak, sejak ia dalam kandungan sampai menikah (selain
Kata “saudara” (’ah) atau “saudari” (’ahoth) dapat menunjuk pada saudara/i kandung maupun artian yang lebih luas, seperti anggota keluarga-besar ataupun dari suku yang sama. Teks-teks hukum dalam kitab Ulangan memperlihatkan bahwa kata “saudara” praktis berarti sesama orang Israel. Kata “saudari” dalam Kidung Agung secara khusus dipakai sebagai sapaan mesra seorang pemuda terhadap kekasihnya (Bdk.
Dalam terjemahan Indonesia, kata “putera” umumnya diterjemahkan dengan “anak” dalam kasus-kasus dimana memang kata itu bermakna inklusif. Dalam beberapa kasus, terjemahan bahasa Indonesia juga tidak membuat perbedaan antara “saudara” dan “saudari”, untuk menghindari bias gender (pria) yang amat kuat dalam teks Alkitab. Dalam teks [Yer 16:46-61] di atas, misalnya, terjemahan Indonesia (TB dan BIMK) hanya memakai “kakak” dan “adik”.
2. PERJANJIAN BARU
KELUARGA & INJIL
Dalam PB kata “keluarga” merupakan terjemahan dari dua kata Yunani patria dan oikos. Kata patria (3 kali dalam PB,
Agak berbeda dengan budaya zamannya, PB justru mengutamakan loyalitas terhadap Injil (bdk.
Jemaat-jemaat Kristen perdana adalah “jemaat-jemaat rumah”. Mereka berkumpul dan beribadat di rumah-rumah para anggota jemaat (sebelum abad ke 3M tidak ada tanah dan bangunan khusus milik jemaat!). Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa konsep dan metaphor dari dunia keluarga banyak dipakai dalam teologi, eklesiologi dan etika Kristen perdana.
ANGGOTA KELUARGA
Sebagaimana dalam PL, kosa-kata menyangkut anggota keluarga dalam PB juga dapat dipakai secara metaforis dan simbolis. Kata “bapa” (Yunani: pater), selain berarti bapa-keluarga atau nenek-moyang, juga secara metaforis berarti “bapa rohani”, misalnya Paulus (bdk.
Tradisi Kristen perdana menyebut Allah sebagai “bapa” mungkin sekali berakar dalam praktek Yesus sendiri. PB memberi kesaksian bahwa Yesus sendiri menyebut Allah sebagai “bapa”-Nya (bdk.
Kata “putera” (Yunani: huios) selain berarti harfiah (misalnya:
Sebutan dan peran “anak” untuk Yesus amat ditekankan dalam PB. Dengan itu, PB mau menegaskan keunikan relasi-Nya dengan Allah. Allah dan Anak dipersatukan dalam relasi kasih, pengetahuan dan ketaatan. Sebagai Anak, Yesus memperkenalkan Allah bagi manusia (
Dalam PB, kata “anak-anak” (Yunani: pais atau tekna) lebih banyak dipakai dalam artian simbolis atau metaforis untuk menunjuk pada para murid atau orang beriman. Pejabat jemaat sering menyapa warga jemaat dengan “anak-anak” (
Kata “saudara” (Yunani: adelphos) lebih banyak dipakai dalam arti harfiah dalam injil-injil, tetapi dalam tulisan PB yang lain justru artian metaforis-simbolis yang dominan. Paulus yang paling banyak memakai istilah “saudara-saudara” untuk menyapa sesama orang Kristen. Oleh karena itu, terjemahan inklusif “saudara-saudari” sebaiknya digunakan. Dengan sebutan itu, ditekankan kesamaan status warga jemaat, karena sama-sama sudah diangkat oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya atau karena sama-sama sudah dilahirkan kembali (bdk. [Rom 8:14-17]). Dengan itu ditekankan juga bahwa “kasih” menjadi pengikat antar mereka maupun dengan Allah ([Yoh 14:34-35];
Kata “saudari” (Yunani: adelphe) hanya muncul 26 kali di seluruh PB. Selain artian harfiah, kata ini sering menjadi metaphor untuk relasi-persaudaraan dalam jemaat ([Rom 16:1];
Kepustakaan
1. F.T. Gench., “Family” dalam: The Westminster Theological Wordbook of the Bible (D.E.Gowan, ed.,), 123-131.
2. P.J.King & L.E.Stager, Life in Biblical Israel. Westmisnter John Knox Press: Louisville-London (2001), 36-42.
3. C.J.H. Wright., “Family” dalam: ABD, vol.2, 761-769.
Sumber: Dok. Dep. Penerjemahan LAI