Pembuangan

”Pembuangan” merupakan istilah yang biasa dipakai untuk penawanan sejumlah orang Yuhuda ke Babel selama penyerbuan Nebukadnezar, raja Babel. Nebukadnezar pertama kali menyerang Yehuda pada tahun 598 SM. Ia menawan Raja Yoyakhin dan sejumlah pemuka Yehuda di Babel. Pada tahun 587 SM, Zedekia, raja Yehuda, melancarkan pemberontakan. Akibatnya, Nebukadnezar sekali lagi menyerang Yehuda. Pada waktu itulah, tentara Nebukadnezar merobohkan tembok-tembok Yerusalem dan merampas benda-benda suci di Bait Allah. Sejumlah pemuka Yerusalem dan tukang-tukang yang ahli sekali lagi ditawan ke Babel.

Selanjutnya, Yehuda menjadi sebuah provinsi Babel dibawah seorang gubernur yang diangkat oleh Nebukadnesar. Tidak ada lagi raja dari keturunan Daud yang menduduki takhta Israel. Jumlah orang-orang yang dibuang pada tahun 597 SM dan 586 SM, dan agaknya sekali lagi pada tahun 582 SM, menurut [Yer 52;28-30] adalah 4.600 orang, sementara menurut 2 Raj 24:14, orang-orang yang dibuang pada tahun 597 saja berjumlah sepuluh ribu.

Kehidupan oraang-orang yang tertinggal di Yerusalem atau mereka yang dibuang di Babel tidak banyak diketahui. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang yang dibuang di Babel menjalani kehidupan yang keras dan sulit. Namun, orang orang Yehuda berjuang keras untuk tetap berpegang teguh pada iman kepercayaan mereka di tengah-tengah tekanan kebudayaan dan agama Babel. Sebagian besar dari mereka sangat rindu untuk pulang ke tanah perjanjian (Mzm 137:1-), sementara yang lainnya mungkin menetap di Babel sebagai bagian dari masyarakat di sana sambil mencari keuntungan melalui kesempatan usaha di sana. Para ahli menemukan bukti bahwa sejumlah orang Yahudi menetap di Babel, bahkan setelah Koresh, raja Persia, merebut Babel dan mengizinkan orang Yahudi kembali ke Yudea.

Pengalaman hidup sebagai orang yang dibuang ini sangat berpengaruh terhadap orang-orang Yahudi. Karena di sana tidak ada Bait Allah, tempat para imam dapat mempersembahkan kurban, mereka mulai berkumpul dalam kelompok-kelompok untuk berdoa dan mempelajari Kitab Suci. Mungkin selama masa inilah, sejumlah kitab ditulis dan disusun oleh para editor dan para ahli kitab. Kitab-kitab itu menjelaskan mengapa umat Israel menderita dan terhina dipembuangan. Orang-orang Yahudi belajar bahwa pembuangan terjadi bukan karena kebetulan, TUHAN Allah membiarkan hal itu terjadi karena umat-Nya berpaling dari-Nya dan berdosa melupakan perintah Allah, khususnya dalam Kel 20:3 ”Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”. Ketika sudah tiba saatnya kembali ke tanah air pada tahun 539 SM, orang-orang Yudea (atau Yahudi) bersiap-siap membangun kembali Yerusalem dan Bait Allah, dan memperbarui perjanjian mereka sebelumnya dengan Tuhan.


Sumber: Alkitab Edisi Studi, Hlm.1292