Samaria adalah nama ibukota Kerajaan Utara sejak Israel diperintah oleh raja Omri (abad-9 SM). Selama 6 tahun Omri memerintah Israel di Tizri kemudian ia membeli pegunungan milik Semer dan menamainya ‘Samaria’ (1 Raj 16:23-24). Ia mengizinkan orang Aram untuk membangun pasar di Samaria (1 Raj 20:34) dan selama 6 tahun membangun kota dan ketika meninggal, Ahab anaknya membangun istana gading dan kota-kota lain di Samaria (1 Raj 22:39).

Sejak Ahab menikah dengan Izebel, Samaria menjadi pusat penyembahan berhala Baal dan ia membangun kuil Baal dan patung Asyera di Samaria (1 Raj 16:30-33) dan Ahab membangun tugu berhala dekat mezbah kuil Baal di Sidon (2 Raj 3:2). Samaria sering dicela para nabi sebagai pusat penyembahan berhala (Yes.viii.4;9:7-9; [Jer 23:13]; Yeh 23:4-5; Hos 7:1; Mi 1:5-6; band. Yoh 4:20). Samaria kemudian berkali-kali dikuasai negara-negara asing. Pada masa Perjanjian Baru, Yesus lewat Samaria ketika mau ke Galilea (Luk 17:11), beristirahat di Sichar dan bercakap dengan perempuan Samaria (Yoh 4:4-7), dan Filipus berkotbah di suatu kota di Samaria (Kis 8:5). Samaria juga terkenal dengan ‘orang-orangnya’ (2 Raj 17:29) Kejatuhan Samaria (722 SM) memberi citra baru bagi orang Samaria dan Kerajaan Utara. Orang-orang pentingnya ditawan Sargon ke Asyur. Orang Israel di Samaria yang tertinggal membentuk komunitas baru yang ditengah pengaruh berhala, mereka menjalin kembali hubungan dengan Yahweh, dan hubungan lebih baik dijalin dengan Yehuda baik sebelum maupun sesudah kejatuhan Yerusalem tahun 586 SM (band. 2 Taw 30:1-; 2 Raj 23:19;20; [Jer 41:4-]). Berbeda dengan orang Yahudi di Yudea, orang Samaria bercampur baur dengan bangsa penjajah, itulah sebabnya terjadi ketegangan antar keduanya. Dimasa Ezra dan Nehemia ketegangan itu memuncak, dan terjadi perpisahan Yahudi dan Samaria pada 200 SM. Orang Samaria mempertahankan hukum tetapi menolak para Nabi. Pada saat [pemberontakan Makabe, orang Samaria menyembah badai dan kuil di gunung Gerizim diarahkan kepada Zeus.

Keluarga Hasmonian kemudian berpengaruh atas Samaria dan Hyrcanus menguasai Sichar dan menghancurkan kuil di gunung Gerizim. Di tahun 63 SM Pompey menyerahkan Samaria kedalam propinsi Siria dan kota Samaria menjadi kota penting dan raja Herodes Agung tinggal disitu. Pada tahun 6 M Yudea dan Samaria disatukan dibawah propinsi Siria. Pada masa itu pertentangan Yahudi dan Samaria memuncak dengan terjadinya insiden seperti orang Samaria dibantai Pilatus (36 M) dan Samaria dibumi-hanguskan oleh orang Romawi (66 M). Kepercayaan iman orang Samaria ada 6 hal: (1) Percaya Allah yang Esa; (2) Percaya akan nabi Musa; (3) Percaya akan hukum; (4) Percaya akan gunung Gerizim sebagai tempat yang ditentukan Allah untuk membakar korban; (5) Percaya akan hari Penghakiman; dan (6) Percaya bahwa Musa akan kembali sebagai Taheb untuk pemulihan (semacam Mesias). Samaria memiliki versi Pentateuch sendiri. Dibalik penyesatannya, orang Samaria masih dianggap saudara yang memisahkan diri oleh orang Israel di Yudea. Yesus dalam pertemuan dengan perempuan Samaria di Sichar tidak membela ibadat di Yerusalem atau Samaria melainkan agar kita “menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:21-24) dan Ia juga menganggap Orang Samaria yang kasih kepada sesamanya adalah pelaku hukum (Luk 10:25-37).


Acuan Utama:

J.D. Douglas (ed), The New Bible Dictionary, Inter-varsity Press, London, 1970 (1 Vol); Katharine Dope Sakenfield, The New Interpreter’s Dictionary of the Bible, Abingdon Press, Nashville, 2006 (5 Vols); Kitab Makabe; dan Josephus, Antiquities & The Jewish War.


Sumber: Dok. Dep. Penerjemahan LAI