Aras

Ibrani: אֶרֶז (‘erez)
Yunani (Septuaginta): κέδρινος (kedrinos)
Latin: Cedrus, Sabina phoenicia.
Aras, Pohon Aras (TB)
Cemara, Pohon Cemara (BIMK)
Cedar (NRSV, NKJV, ESV, NIV, NJPS, CEV, GNT)

Pohon aras tergolong dalam keluarga pinus atau pinaceae. Tempat pertumbuhannya yang paling cocok ialah daerah dataran tinggi yang kering. Pohon aras bisa mencapai ketinggian 35-45 m. Lingkar batang pohonnya dapat mencapai 12 meter. Bentangan cabang-cabangnya sering kali mencapai ukuran yang sama dengan ketinggiannya. Akar-akarnya menancap dengan kokoh, sekalipun di daerah berbatu-batu. Kualitas kayunya terjamin karena kandungan minyak dari batangnya mencegah pembusukan atau pelapukan zat kayunya, serta menjadi pelindung dari serangan serangga. Daerah pertumbuhan pohon ini tersebar dari Laut Tengah hingga pegunungan Himalaya. Jenis yang tumbuh di Afrika Utara lebih berbentuk kerucut, sedangkan jenis yang cabang-cabangnya terbuka merupakan yang dikenal sebagai pohon aras Libanon. Jenis inilah yang kayunya sangat diminati untuk dipakai membangun gedung-gedung di Yerusalem pada zaman raja Salomo.

Di zaman Alkitab, khususnya pada masa Perjanjian Lama, pohon ini lebih dikenal sebagai bahan bangunan. Jenis pohon tersebut paling banyak tumbuh di hutan-hutan di Libanon. Selain untuk membangun rumah, kayu dari pohon aras juga digunakan dalam ritus-ritus keagamaan (Im 14:4;49;51;52;Bil 19:6), serta untuk membuat alat transportasi seperti tiang perahu atau kapal (bdk. Yeh 27:5). Jika dibandingkan dengan kayu yang tersedia di Indonesia, nampaknya kayu aras memiliki ketahanan dan kegunaan yang kurang lebih sebanding dengan kayu ulin atau kayu bayam dari Kalimantan, atau kayu hitam dari Papua.

Dunia sekitar Alkitab mengenal pohon ini sebagai bahan bangunan yang berkualitas sangat tinggi. Oleh karena jenis pohon aras yang sangat baik itu tumbuh di hutan-hutan di Libanon, maka nama yang cukup populer di kalangan bangsa-bangsa Timur Tengah adalah kayu aras Libanon (cedrus libani). Perjanjian Lama memberi informasi yang sangat jelas tentang penggunaan kayu aras di kalangan istana di Yerusalem. Bahan-bahan kayu yang dipakai untuk membangun istana raja Daud (2 Sam 7:2) maupun Salomo (1 Raj 7:2) adalah kayu aras yang diambil dari hutan-hutan di Libanon. Bahkan untuk mendirikan Bait Suci, kayu aras dibutuhkan begitu banyaknya sehingga Salomo mengerahkan tiga puluh ribu tenaga kerja untuk bekerja di hutan-hutan di Libanon. Jumlah pekerja yang sebanyak itu dipecah dalam tiga kelompok yang sama besarnya, sehingga masing-masingnya berjumlah sepuluh ribu orang. Setiap kelompok itu bertugas di Libanon selama sebulan (1 Raj 5:10; 12-14). Gambaran tentang kegunaan kayu aras, menunjukkan kualitasnya yang tidak terbandingi. Hal itu tidak hanya terlihat dalam bangunan-bangunan kerajaan di Israel, melainkan juga di lingkungan kerajaan-kerajaan lainnya. Pada millenium ke-3 SM, di Mesopotamia raja Urnammu mendatangkan kayu aras dari Libanon. Pada masa itu, Mesir juga mengenal dan memakai kayu aras dari Libanon. Seorang pejabat dari kuil Amon di Karnak diutus ke Byblos untuk merundingkan pengiriman kayu aras ke Mesir. Di sana kayu aras dipakai dalam ritus untuk memuja Dewa Amon-Re. Di Kanaan sendiri, dibangun kuil untuk memuja Baal dengan memakai kayu-kayu aras berkualitas paling tinggi.

Keunggulan kualitas kayu aras seperti yang digambarkan di atas memungkinkan penggunaanya secara simbolis dan metaforis. Dalam kebutuhan ini, Alkitab mencatat bagaimana kayu aras digunakan secara metaforis untuk menggambarkan kondisi suatu bangsa, baik secara positif maupun negatif. Hal ini terlihat misalnya di dalam ucapan Bileam terhadap bangsa Israel, ketika ia dipaksa oleh Balak, raja orang Moab untuk mengutuki umat pilihan TUHAN. Dalam ucapannya, Bileam menggambarkan bangsa Israel seperti “pohon aras di tepi air” (Bil 24:6). Metafora ini dipakai untuk menggambarkan kondisi Israel secara positif, yaitu aman dan makmur karena berkat TUHAN. Ini berarti bahwa sebagai ganti kutuk, Bileam justru menunjukkan bahwa bangsa Israel terlindung, aman, dan sejahtera karena kehidupannya bersumber pada TUHAN.

Berseberangan dengan nada positif itu, para nabi berulang kali menggunakan pohon aras dalam gambaran yang negatif untuk menubuatkan kehancuran dan kecongkakan raja-raja dan kerajaan-kerajaan mereka. Yeremia menggunakan kayu aras Libanon untuk menyuarakan penghukuman dari TUHAN atas raja Salum (Yer 22:14) dan Yoyakim (Yer 22:23) karena kelaliman yang mereka lakukan. Bahkan secara tajam, kehancuran bangsa Yehuda sendiri diungkapkan oleh nabi Yeremia dengan simbol “pohon aras pilihan yang ditebang” (Yer 22:7). Israel utara digambarkan dengan cara yang sama oleh nabi Yesaya (Yes 2:13). Kejayaan kerajaan Mesir pada mulanya digambarkan seperti pohon aras tertinggi dan terindah (Yeh 31:1-9), tetapi kemudian kehancurannya juga diungkapkan dengan gambaran pohon aras yang ditebang (Yeh 31:10-13).

Kepustakaan:

Victor P.Hamilton, ’erez, Cedar. TWOT. Vol. 1. Diedit oleh Laird R.Harris, et.al. Chicago: Moody Press, 1980. Wyman, Donald, “Apple.” Dalam Encyclopedia Americana, Vol. 6. 1995.


Sumber : Dok. Dep. Penerjemahan LAI